Prima Rusdi
Prima besar di Jakarta dan merupakan alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), jurusan Komunikasi. Awalnya ia bercita-cita ingin menjadi jurnalis. Prima lalu melanjutkan pendidikan di University of Canberra di Australia, atas beasiswa Equity and Merit Scholarship Scheme dari pemerintah Australia, lalu ia memperoleh gelar M.A in International Communications. Sejak masa kuliah Prima Rusdi bekerja paruh waktu untuk Radio Prambors, sebagai asisten Program Director. Dari situlah minatnya kepada penulisan kreatif terus berkembang. Pada tahun 1991, naskah radio iklan layanan masyarakat yang ditulisnya memperoleh penghargaan dari Departemen Pariwisata. Sepulangnya dari Australia, Prima sempat kembali bekerja paruh waktu di Radio FeMale, kemudian ia bergabung di divisi kreatif Lowe, Lintas Indonesia, sebuah perusahaan iklan multi nasional-sebagai seorang copywriter (1995-2000). Sepanjang kariernya di Lintas, Prima memenangkan sejumlah penghargaan Citra Pariwara, di antaranya Best of the Best Adi Prima Citra untuk iklan Sunlight Cair, tahun 1998. Pada tahun 2000, Prima memutuskan untuk bergabung dengan Miles Productions dan mulai menulis naskah filmnya yang pertama bersama sutradara Riri Riza, "Eliana, Eliana". Ketika Riri Riza harus melanjutkan pendidikan ke Inggris, proses penulisan ini terhenti, Prima bersama Mira Lesmana, Lasja Fauzia, dan Agung Sentausa mengembangkan cerita untuk film "Ada Apa dengan Cinta?" (sutradara Rudi Soedjarwo). AADC? beredar tahun 2001, sementara "Eliana, Eliana" beredar pada tahun 2002. Di antara tahun 2001-2002 ini pula, Prima menjadi salah satu penulis kontributor di majalah Cosmogirl! Indonesia. Pada tahun 2002, Prima Rusdi bekerja sama dengan Rayya Makarim menulis naskah film "Banyu Biru" (sutradara: Teddy Soeriaatmadja). Pada tahun 2003, Prima menulis naskah film untuk televisi (FTV) berjudul "Perayaan Besar" (sutradara: Enison Sinaro). Pada tahun 2004, Prima Rusdi memenangkan penghargaan Piala Citra untuk penulisan skenario terbaik untuk film "Eliana, Eliana" (bersama Riri Riza), juga untuk naskah televisinya, "Perayaan Besar". Tahun 2006, Prima memperoleh nominasi Piala Citra untuk naskah film "Garasi" (sutradara: Agung Sentausa). "Garasi" juga diedarkan di Malaysia dan Jepang. Pada tahun yang sama, Prima menulis naskah film pendek untuk sutradara Lasja Fauzia, berjudul "(Bukan) Kesempatan Yang Terlewat" . Film pendek ini didistribusikan oleh distributor film pendek Singapura dan masih beredar di sejumlah festival internasional. Prima juga bekerja dengan sutradara panggung Malaysia, Ann Lee, mengadaptasi naskah panggung "Hang Li Poh" ke dalam Bahasa Indonesia. Satu segmen dari naskah ini ditampilkan pada "International Women Playwrights Conference 2006". Menjelang akhir 2006, Prima Rusdi menjadi salah satu programmer untuk Festival Film Pendek Asia Tenggara, bersama dengan Alex Sihar (sutradara dan pendiri Konfiden), Farishad Latjuba (sutradara), dan Ade Darmawan (pendiri Ruang Rupa). Tahun 2007, Prima bersama-sama dengan ratusan pekerja film lainnya, termasuk para rekan kerja terdekatnya, yang juga kerap disebutnya sebagai para gurunya, Mira Lesmana, Riri Riza, dll, bergabung di dalam sebuah gerakan yang diberi nama Masyarakat Film Indonesia (MFI), sebuah gerakan advokasi yang berinisiatif mengajak para pendukung film Indonesia untuk bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang menghambat perkembangan perfilman nasional. Sebagai simbol dari keseriusan gerakan ini, Prima Rusdi, Riri Riza dan sejumlah pekerja film lainnya, memutuskan untuk mengembalikan Piala Citra yang mereka peroleh kepada pemerintah.